26 March 2025

Survei Konsumen: Perbedaan Motor Listrik dan Bensin di Jalan Jakarta

Motor listrik hemat hingga 75% dibanding bensin. Nyaman, senyap, ramah lingkungan, tapi tantangannya ada di jarak tempuh dan infrastruktur charging.

Share

Daftar isi

Tahukah Anda bahwa perbedaan motor listrik dan motor bensin terlihat jelas dari biaya operasionalnya? Motor listrik hanya membutuhkan biaya operasional sekitar Rp1.056.240 per tahun, jauh lebih hemat dibandingkan dengan motor bensin yang bisa mencapai Rp7.200.000 per tahun. Selain itu, motor listrik memiliki efisiensi energi hingga 90%, sementara motor bensin hanya mencapai 20% hingga 30%.

Penghematan ini menjadi semakin menarik mengingat biaya pengisian daya dari 0% hingga 100% hanya memerlukan Rp4.000-5.000. Bahkan dari segi perawatan, motor listrik membutuhkan lebih sedikit perhatian karena memiliki komponen bergerak yang lebih sederhana. Meskipun biaya awal pembelian lebih tinggi, efisiensi jangka panjang dan dampak positif terhadap lingkungan membuat motor listrik menjadi pilihan yang semakin populer di jalanan Jakarta.

Pengguna Jakarta Membandingkan Pengalaman Berkendara

Pengalaman berkendara dengan motor listrik di Jakarta menghadirkan sensasi yang berbeda dibandingkan motor bensin konvensional. Berdasarkan survei pengguna, motor listrik memberikan kenyamanan tersendiri ketika melewati kemacetan ibu kota.

Kenyamanan Berkendara di Kemacetan

Saat terjebak dalam kemacetan Jakarta, motor listrik menawarkan pengalaman yang lebih tenang karena tidak mengeluarkan suara bising dari knalpot. Selain itu, ketiadaan getaran mesin membuat perjalanan terasa lebih nyaman, terutama ketika harus berhenti dan jalan perlahan di tengah padatnya lalu lintas.

Keunggulan lainnya terlihat dari akselerasi yang responsif, memberikan kemudahan saat bermanuver di antara kendaraan lain. Motor listrik menghasilkan tenaga maksimum segera setelah dihidupkan, memungkinkan pengendara bergerak lebih lincah ketika traffic light berubah hijau.

Kemudahan Pengoperasian Sehari-hari

Dalam penggunaan harian, motor listrik menunjukkan beberapa keunggulan operasional yang signifikan. Pertama, pengendara tidak perlu menghabiskan waktu mengantri di SPBU seperti pengguna motor bensin. Hal ini sangat menguntungkan, terutama pada jam-jam sibuk ketika antrian SPBU cenderung panjang.

Namun demikian, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Jarak tempuh motor listrik masih terbatas, dengan kemampuan mencapai sekitar 60 kilometer dari baterai penuh hingga kosong. Para pengguna disarankan untuk menyisakan setidaknya 20% daya baterai sebagai cadangan.

Untuk penggunaan intensif seperti kurir atau ojek online yang menempuh jarak hingga 100 kilometer per hari, pengguna perlu melakukan perencanaan pengisian daya yang lebih cermat. Meski begitu, sistem pengoperasian yang lebih sederhana dengan komponen mekanis yang lebih sedikit menjadikan motor listrik lebih mudah dirawat.

Dari segi dimensi, motor listrik tidak memiliki perbedaan signifikan dengan motor bensin pada umumnya. Ukurannya yang ideal memungkinkan pengendara untuk bermanuver dengan mudah di jalanan padat Jakarta. Bahkan, beberapa model motor listrik menawarkan ruang bagasi yang lebih luas karena tidak memerlukan ruang untuk mesin konvensional.

Konsumen Mengungkap Realitas Biaya Operasional

Biaya operasional menjadi pertimbangan utama dalam membandingkan motor listrik dan motor bensin. Berdasarkan data terkini, perbedaan biaya penggunaan kedua jenis kendaraan ini menunjukkan selisih yang signifikan.

Perbandingan Biaya Charging vs Bensin

Untuk jarak tempuh 50 kilometer, motor listrik hanya membutuhkan daya 1,5 kWh dengan biaya Rp2.550, sementara motor bensin menghabiskan satu liter BBM seharga Rp10.000. Penghematan ini mencapai 75% untuk konsumsi energi.

Di perkotaan dengan rata-rata penggunaan 20 kilometer per hari, pengguna motor listrik hanya mengeluarkan biaya Rp41.000 per bulan. Sebaliknya, pemilik motor bensin 110 cc harus membayar Rp214.000 untuk jarak yang sama. Bahkan untuk pengendara dengan jarak tempuh ekstrem 100 kilometer per hari, motor listrik hanya membutuhkan Rp144.000 per bulan dibandingkan Rp765.000 untuk motor bensin 110 cc.

Biaya Perawatan Aktual

Selain biaya bahan bakar, motor listrik memiliki keunggulan dalam hal perawatan. Dengan komponen yang lebih sederhana, motor listrik tidak memerlukan penggantian oli secara berkala seperti motor bensin. Sekitar 70% biaya operasional motor digunakan untuk konsumsi energi, sedangkan sisanya untuk biaya perawatan.

Motor listrik memiliki lebih sedikit komponen bergerak dibandingkan motor bensin konvensional, sehingga meminimalkan kebutuhan pemeliharaan rutin. Hal ini menghasilkan penghematan signifikan dalam biaya perawatan jangka panjang.

Penghematan Jangka Panjang

Meskipun biaya awal pembelian motor listrik relatif lebih tinggi, penghematan jangka panjang sangat menjanjikan. Penggunaan motor listrik dapat menghemat Rp173.000 per bulan atau Rp2.076.000 dalam setahun untuk penggunaan normal. Untuk pengguna dengan jarak tempuh tinggi, penghematan bisa mencapai Rp979.000 per bulan atau Rp11.748.000 per tahun dibandingkan motor bensin 125 cc.

Harga listrik yang cenderung lebih stabil dibandingkan fluktuasi harga BBM juga memberikan kepastian biaya operasional. Ditambah dengan adanya subsidi pemerintah sebesar Rp7 juta untuk pembelian motor listrik, investasi ini menjadi semakin menarik dari segi finansial.

Efisiensi motor listrik dalam mengubah energi menjadi gerakan juga lebih tinggi dibandingkan mesin pembakaran internal, dengan lebih sedikit energi yang terbuang dalam bentuk panas. Hal ini berkontribusi pada penghematan biaya operasional secara keseluruhan.

Tantangan Infrastruktur Charging Terungkap

Infrastruktur pengisian daya menjadi salah satu aspek krusial dalam perkembangan motor listrik di Jakarta. Berdasarkan data terkini, jumlah fasilitas pengisian daya terus bertambah namun masih menghadapi beberapa tantangan signifikan.

Ketersediaan Stasiun Charging

Saat ini, PLN telah mengoperasikan 1.582 unit SPKLU yang tersebar di 1.131 lokasi di seluruh Indonesia, meningkat 157% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, terdapat 2.182 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) dan 9.956 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).

Meskipun demikian, tingkat pemanfaatan charging station masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk biaya pembangunan SPKLU yang tinggi dan proses perizinan yang masih perlu penyesuaian.

Waktu Pengisian vs Kondisi Lalu Lintas

Waktu pengisian menjadi pertimbangan penting bagi pengguna motor listrik. Proses pengisian baterai membutuhkan waktu 3-4 jam untuk mencapai daya penuh. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan pengisian daya:

  • Waktu ideal pengisian adalah setelah pukul 21.00 hingga pagi hari karena arus listrik lebih stabil
  • Pengisian pada pukul 17.00-21.00 sebaiknya dihindari karena ketidakstabilan daya listrik
  • Baterai sebaiknya dijaga pada level minimal 20% untuk menghindari overdischarging

Data menunjukkan bahwa rata-rata motor listrik dapat menempuh jarak 40-60 kilometer dalam sekali pengisian penuh. Untuk penggunaan di wilayah perkotaan dengan jalan relatif datar, jarak tempuh ini umumnya mencukupi kebutuhan harian.

Menariknya, konsumsi listrik SPKLU mengalami peningkatan sebesar 229% menjadi lebih dari 2.438,8 megawatt hour (MWh) dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan adanya pertumbuhan penggunaan kendaraan listrik, meskipun masih diperlukan pengembangan infrastruktur yang lebih luas untuk mendukung target pemerintah mencapai 2 juta unit kendaraan listrik roda dua pada tahun 2025.

Masyarakat Menilai Dampak Lingkungan

Sektor transportasi menjadi penyumbang utama polusi udara di Jakarta, dengan kontribusi mencapai 44% dari total emisi. Perbedaan motor listrik dan motor bensin dalam dampak lingkungan menjadi sorotan masyarakat seiring meningkatnya kesadaran akan kualitas udara.

Pengurangan Polusi Udara

Data menunjukkan bahwa sektor transportasi menghasilkan emisi sebesar 280 juta ton CO2e pada tahun 2020. Namun, penggunaan kendaraan listrik dapat mengurangi emisi karbon hingga 50% dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak. Sebagai perbandingan, emisi karbon dari 1 liter BBM mencapai 2,4 kg CO2e, sementara penggunaan listrik setara hanya menghasilkan 1,3 kg CO2e.

Meskipun demikian, penggunaan kendaraan listrik pribadi di Jakarta belum menunjukkan dampak signifikan terhadap pengurangan polusi udara. Hal ini disebabkan oleh jumlah kendaraan listrik yang masih terbatas dibandingkan dengan total kendaraan bermotor di jalanan ibu kota.

Pengalaman Berkendara Ramah Lingkungan

Selain tidak menghasilkan emisi langsung, motor listrik memberikan pengalaman berkendara yang lebih senyap karena tidak mengeluarkan suara bising dari mesin. Keunggulan ini menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih nyaman dan tenang.

Berdasarkan data ISPU (Index Standar Pencemaran Udara) DKI Jakarta, terdapat korelasi antara tingkat mobilitas kendaraan dengan kualitas udara. Saat PPKM diberlakukan dan mobilitas kendaraan menurun, tercatat penurunan emisi partikulat (PM10) hingga 29,41 mg/Nm3 pada tahun 2020. Namun, angka ini meningkat 155% mencapai 75 mg/Nm3 di tahun 2022 seiring pelonggaran PPKM.

Menariknya, penelitian lokal di Indonesia menunjukkan bahwa polusi udara berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan paru, termasuk:

  • Penurunan fungsi paru (21% sampai 24%)
  • Asma (1,3%)
  • PPOK dengan prevalensi 6,3% pada bukan perokok
  • Kanker paru (4% dari kasus kanker paru)

Seiring dengan meningkatnya bauran energi terbarukan, dampak positif penggunaan kendaraan listrik terhadap lingkungan akan semakin terasa. Meski begitu, para ahli menekankan bahwa perbaikan kualitas angkutan umum tetap menjadi solusi yang lebih efektif untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, motor listrik menunjukkan keunggulan signifikan dibandingkan motor bensin untuk penggunaan di Jakarta. Penghematan biaya operasional mencapai 75% menjadi daya tarik utama, ditambah pengalaman berkendara yang lebih nyaman tanpa getaran dan suara bising di tengah kemacetan ibu kota.

Dengan demikian, meski masih terdapat tantangan seperti keterbatasan infrastruktur pengisian daya dan jarak tempuh, manfaat jangka panjang motor listrik tidak dapat diabaikan. Penghematan tahunan hingga Rp11.748.000 dan pengurangan emisi karbon 50% memberikan nilai tambah bagi pengguna dan lingkungan.

Namun, keberhasilan transisi menuju transportasi ramah lingkungan membutuhkan dukungan semua pihak. Selain itu, pertumbuhan stasiun pengisian yang mencapai 157% dalam setahun terakhir menunjukkan komitmen kuat untuk mengatasi kendala infrastruktur.

Akhirnya, pilihan beralih ke motor listrik bukan sekadar keputusan finansial, melainkan langkah nyata menuju Jakarta yang lebih bersih dan berkelanjutan. Pengurangan polusi udara dan suara akan menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga kota.

Tag

#perbedaan motor listrik dan motor bensin

RELATED ARTICLE